Merasakan Suasana Kolonialisme di Lawang Sewu Kota Semarang

Merasakan Suasana Kolonialisme di Lawang Sewu Kota Semarang - Tidak  bisa dipungkiri lagi kini Bangsa Indonesia telah menjadi bangsa yang merdeka. Jika menilik beberapa ratus tahun lalu, bangsa dengan bendera nusantara ini telah beberapa kali dijajah oleh negara lain, khususnya negara dari sebelah eropa dan asia. Sebut saja Portugal, Inggris, Belanda, dan Jepang. Mereka melakukan proses untuk dapat menguasai sebagian wilayah negeri ini selama ratusan tahun lamanya. Hingga Bangsa Indonesia meraih kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. 

Lawang Sewu

Istilah kolonialisme pertama kali dilakukan oleh negara Spanyol dan Inggris. Mereka beranggapan negara yang dikolonikan akan mendapatkan banyak keuntungan seperti pembangunan sarana, prasarana, infrastruktur dan modernisasi sistem pemerintahan. Hal tersebut pula yang dilakukan oleh Belanda di Indonesia. Ada banyak sekali bangunan-bangunan kuno peninggalan Belanda, contohnya adalah Kantor  Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau Kantor Pusat NIS yang kini akrab dikenal dengan nama Lawang Sewu.

Baca Juga : 3 Lokasi Wisata Semarang yang Instgramable, Millennials Wajib Datang

Mengapa disebut Lawang Sewu? karena bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak, meskipun kenyataannya, jumlah pintunya tidak mencapai seribu. Bangunan ini memiliki banyak jendela yang tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu atau lawang dalam bahasa jawa.

Seorang Blogger asal Pontianak sedang Berfoto di Depan Lawang Sewu

Area Tengah Lawang Sewu

Lawang Sewu hingga kini masih dijaga dan dikelola dengan baik oleh Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah di Kota Semarang. Jika wisatawan mengunjungi Lawang Sewu, hal pertama yang dirasakan adalah suasana kolonialismenya. Itu disebabkan karena arsitektur, ornamen,  dan koleksi benda-benda yang ada di dalamnya merupakan bekas dari jaman penjajahan Belanda.

Sejarah Lawang Sewu

Lawang Sewu dalam bahasa Indonesia berarti seribu pintu adalah gedung bersejarah di Indonesia yang berlokasi di Kota Semarang, Jawa Tengah. Gedung ini Dibangun pada 27 Februari 1904 dan selesai pada tahun 1907. Terletak di bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein.

Tugu Muda


Berdasarkan catatan sejarah, bangunan kuno nan megah berlantai dua ini pada awalnya digunakan sebagai Kantor  Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau Kantor NIS. Kantor NIS di Semarang adalah Kantor Pusat stasiun Kereta Api. Kantor NIS ini merupakan satu dari empat stasiun pertama yang dibangun di Indonesia.

Mandala Bhakti yang Tegak Lurus dengan Tugu Muda dan Lawang Sewu


Setelah kemerdekaan Indonesia, secara berturut-turut bangunan ini digunakan sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia, Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Perhubungan Jawa Tengah

Pada masa perjuangan, gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ketika berlangsung peristiwa pertempuran lima hari di Semarang (14 Oktober - 19 Oktober 1945). Gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta Api melawan Kempetai dan Kidobutai, Jepang.

Lorong Lawang Sewu

Pemerintah Kota Semarang dengan Surat Keputusan Wali Kota Nomor. 650/50/1992, telah memasukan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi.

Baca Juga : Laksamana Cheng Ho dan Klenteng Sam Poo Kong di Kota Semarang

Arsitektur dan Ornamen di  Lawang Sewu

Arsitektur dan ornamen di Lawang Sewu membuat kita berimajinasi tentang bangunan-bangunan kuno di Eropa. Jelas, karena lawang sewu ada pada masa kolonialisme yang dibangun oleh perusahaan kereta api swasta Belanda. Desain eksterior maupun interior sangat kental dengan nuansa eropa kuno. 

Interior Lawang Sewu, Arsitektur bernuansa Eropa Kuno

Pengelolaan Wisata di Lawang Sewu 

Pengelolaan, pelayanan, dan keamanan wisata di Lawang Sewu terbilang sangat baik. Kebersihan menjadi hal pertama dan utama yang dilihat para pengunjung. Bangunan Lawang Sewu memiliki petugas kebersihan yang rutin membersihkan bangunan ini. Disediakan pula tempat sampah di beberapa lorong bangunan. Ada pula himbauan untuk tidak membuang sampah.

Petunjuk Arah di Area Lawang Sewu

Keamanan, pengunjung tidak perlu khawatir karena akan ada Satuan Pengamanan (Satpam) atau Petugas Keamanan yang senantiasa berkeliling di area Lawang Sewu. Selain dari pada menjaga keamanan, mereka juga tampak ramah kepada pengunjung.

Harga tiket masuk ke Lawang Sewu relatif murah yakni Rp. 10.000 per orang. Pihak pengelola juga menyediakan jasa Pemandu Wisata bagi rombongan wisatwan atau perorangan. Menggunakan layanan Pemandu Wisata, pengunjung dikenakan biaya tambahan ketika membeli tiket. 

Rombongan Pengunjung dan Pemandu Wisata Lawang Sewu

Koleksi-koleksi Penting

Ada berbagai macam pengunjung yang datang baik wisatawan asing maupun domestik. Pengunjung akan dimanjakan dengan berbagai koleksi-koleksi  penting yang terpajang di Lawang Sewu, baik di dalam atau di luar gedung. Bangunan ini memiliki 3 gedung utama dan di tengah-tengahnya terdapat sebuah pohon besar yang biasanya jadi tempat beristirahat dan berselfie bagi para pengunjung. 

Halaman Tengah Lawang Sewu yang Instagramable

Satu gedung di bagian depan dekat tempat pembelian tiket,  langsung menghadap tugu muda. Gedung ini adalah yang paling besar dan megah. Di sisi kanan gedung ini tepatnya di depan beranda gedung terpajang dengan gagah satu gerbong kemudi kereta api kuno berwarna hitam.

Halaman Tengah dan Pohon Rindang di Lawang Sewu

Kemudian terdapat gedung yang paling kecil namun didalamnya terdapat foto-foto maupun berbagai suku cadang dari kereta api kuno. Di dalamnya juga terdapat satu ruangan khusus yang memutarkan video rekaman penjelasan sejarah Lawang Sewu menggunakan proyektor. Di sisi belakang gedung ini terdapat KFC bagi pengunjung yang sedang kelaparan dan di sisi depan terdapat pohon besar yang usianya mungkin sudah puluhan tahun.

Halaman Tengah Lawang Sewu

Foto-Foto Bersejarah

Papan Penjelasan Sejarah

Selanjutnya terdapat gedung ketiga dan berposisi paling belakang. Gedung ini mirip gedung utama dari segi ukuran dan koleksinya. Namun gedung ini memiliki satu lorong yang sangat panjang dan sangat instagramable, cocok bagi pengunjung yang hobi berswafoto. 

Lorong Panjang Lawang Sewu

Bagian Lorong yang Instagramable di Lawang Sewu

Ketiga gedung tersebut memiliki beraneka ragam koleksi didalamnya seperti foto-foto masa lalu, miniatur kereta api kuno, suku cadang kereta api kuno, dan berbagai macam papan penjelasan. 





Berbagai Koleksi dan Miniatur Kereta Api


Ruang Video yang Menjelaskan Sejarah Lawang Sewu


Akses Transportasi Ke Lawang Sewu


  • Transportasi Pribadi, pengunjung dapat menggunakan transportasi pribadi seperti motor dan mobil namun tidak bisa memarkir di area Lawang Sewu.
  • Ojek Online,  Di Kota Semarang sarana transportasi ojek online sangat menjamur. Jadi bagi pelancong atau pengunjung dari luar Semarang dan tidak membawa transportasi pribadi kini tidak perlu khawatir lagi.
  • Trans Semarang/Bus Rapid Transit (BRT), mode transportasi umum ini mirip dengan yang ada di Jakarta. Meskipun lebih sederhana namun secara fasilitas sudah sangat nyaman. Hanya dengan Rp. 3.500, hampir seluruh area Kota Semarang dapat dijamah, termasuk Lawang Sewu.

Sisi Depan Lawang Sewu dari Sudut yang Lebih Dekat

Berwisata ke Lawang Sewu dapat menambah wawasan pengunjung mengenai sejarah masa lampau di Indonesia, terutama ketika masa penjajahan Belanda. Hal-hal yang selama ini ada di buku sejarah, terpampang nyata di bangunan-bangunan kuno atau museum di seluruh Indonesia, termasuk diantaranya adalah Lawang Sewu. 

Sudah menjadi tugas semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat sekitar untuk menjaga warisan sejarah ini. Kenapa? karena generasi penerus bangsa membutuhkan enslikopedia nyata untuk meningkakan rasa cinta terhadap tanah air dan wawasan kebangsaan. Hal itu bisa diperoleh dengan mengunjungi bangunan kuno bersejarah yang dikelola dengan baik. 

Jasmerah, Jangan Sekali-kali melupakan sejarah. - Soekarno (Presiden Pertama Indonesia)

Post a Comment

0 Comments