Pasca pengibaran dan ngumpul di rumahku |
Halo guyss Assalamualaikum, lama
sudah aku tak menulis di blog ini mungkin hampir sebulan lebih, harap maklum
soalnya kebetulan aku sedang sibuk melatih Paskibra di SMA Negeri 1 Pontianak
selama beberapa minggu. Latihan itu dalam rangka persiapan Upacara Kemerdekaan
Republik Indonesia ke-70. Wowww eits upacaranya bukan di Istana Negara ya hehe.
Namun, hanya upacara sederhana di SMA ku tercinta.
Oke, so di entri ini ada banyak yang
ingin ku ceritakan tentang 17-an tahun ini. 17-an tahun ini begitu spesial dan
sangat berkesan bagiku, penasaran ya? Hmm oke lanjut bacanya sampai selesai
biar terungkap apasih yang spesial dan berkesan itu. Sebenarnya banyak cerita
tentang 17-an tahun ini. Mulai dari Pengalaman pertamaku sebagai pelatih
Paskibra di SMA, lalu ada pula persoalan
yang harus dipecahkan untuk memilih komposisi petugas yang efektif, lalu tantangan
yang dihadapai selama latihan setiap harinya, sampai membangun semangat dan
mental para petugas. Oke deh, biar lebih “ngeh” kalau kata orang melayu, lanjut
deh bacanya hehe.
Ini adalah pengalaman pertamaku
melatih paskibra di SMA, meskipun beberapa bulan yang lalu aku sudah mulai
melatih mereka di salah satu event perlombaan yang Alhamdulillah kami mendapat
Juara 2 mengalahkan belasan pesaing. Namun tetap saja aku masih harus banyak
belajar. Jadi di upacara 17-an kali ini, ini adalah yang kedua aku efektif
melatih paskibra kurang lebih selama 3 minggu lamanya.
Namun sebelum aku bercerita tentang
latihan, aku akan membawa para pembaca ke masa laluku dulu. Saat aku masih di
bangku SMP aku bersekolah di MTs Negeri 2 Pontianak, yakni salah satu sekolah yang
punya segudang prestasi Ekskul bahkan sampai tingkat nasional. Ada 2 ekskul
yang jadi ujung tombak sekolah yakni Pramuka Buya Hamka dan Paskibra SWANDA.
Nah sedangkan aku pada saat itu tidak ikut paskibra melainkan bergabung dengan
Pramuka Buya hamka. Singkat cerita selama aku melalui masa-masa latihan bersama
Pramuka ini aku mendapatkan banyak
sekali pengalaman tentang arti perjuangan dan kemenangan. Prestasi pun sangat
luar biasa. Pada masa ini aku pernah mengikuti lomba koloni tongkat tingkat
kecamatan dan hasilnya adalah juara 3, ini adalah kali pertama aku lomba dan
langsung mendapat juara. Lalu aku juga pernah mengikuti lomba perjusami di SUPM
ada beberapa mata lomba yang aku juarai dan pada lomba ini aku dan kawan-kawan
memborong 2 Piala bergilir sekaligus untuk kategori Putra dan Putri. Lalu aku
juga mengikuti lomba Tour the Scout di UNTAN dan hasilnya lagi-lagi juara Umum.
Kemudian aku juga mengikuti lomba perjusami di STAIN yang kala itu kami
lagi-lagi berhasil memborong piala bergilir. Nah dan lomba terakhirku adalah
lomba Smandel Scout camp di SMA 8 dan hasilnya adalah kami berhasil menjadi
juara Umum.
Bisa dibilang masa SMP ini adalah
masa yang gemilang, setiap aku mengikuti lomba selalu juara. Ini semua berkat
sekolah yang mendukung dan pelatih-pelatih yang luar biasa. Pesan mereka dan
cara mereka melatih masih aku ingat sampai saat ini. Mungkin orang melihat apa
yang aku dapatkan itu sangat membanggakan, namun acap kali aku harus bersusah
payah saat latihan, tangan ku kadang berdarah jika latihan tali-temali, kakiku
kadang terkilir ketika latihan koloni tongkat, kadang aku juga kepanasan dan
demam ketika mebangun tenda, kadang aku juga mendapat tekanan mental sampai
menangis. Yaa begitulah pelatih kami sangat keras melatih kami, namun tak hanya
keras, mereka juga cerdas dan melatih kami dengan hati. Sehingga kami sangat
dekat dengan mereka. Satu hal yang selalu pelatih tanamkan pada kami yakni
tujuan lomba bukanlah Juara, tetapi ada hal yang lebih baik dari juara. Apa
itu? Nanti kita akan tahu jawabannya ketika mengerti arti kebersamaan dan
perjuangan saat berlatih.
Oke itu saat aku SMP. Pada Saat SMA
aku mengikuti banyak ekskul mulai dari FDRM, Sispala, Pramuka, sampai Paskibra.
Namun kebetulan di entri ini nuansa tulisannya tentang paskibra maka aku akan
cerita tentang paskibra. Di paskibra SMANSA ini aku merasa sedih dan jengkel
kalau melihat prestasinya yg bisa dibilang Nol. Wajar saja, setiap lomba tak
ada yang membimbing meskipun alumni kadang ada datang tapi tak banyak memberi
perubahan yang signifikan. Sekolahpun tak mendukung kami secara penuh.
Sedangkan aku tak bisa berbuat banyak karena aku harus tunduk dengan perintah
senior. Ya sudah dengan sabar aku lalui masa-masa menyedihkan itu sampai aku
menjadi alumni. Tak banyak yang bisa kuceritakan tentang paskibra SMANSA ini,
karena sulit untuk mencari apa yang harus dibanggakan.
Dan akhirnya kini aku menjadi
alumni. Aku dan angkatan 19 diamanahkan untuk melatih angkatan 22. Kalau bicara
cara ku melatih, maka sudah jelas aku akan mencontoh apa yang pelatihku ajarkan
saat dulu aku masih menjadi Pramuka Buya Hamka. Sebenarnya aku sedikit ambil
resiko dengan banyak merubah cara latihan Paskibra SMANSA dari yang awalnya
dengan sistim senioritas dan kini menjadi sistim kekeluargaan. Beberapa alumni
memarahiku karena mereka bilang sistim kekeluargaan ini membuat junior paskibra
menjadi tidak sopan dengan senior. Ya pasti akan selalu ada gesekan, tapi aku
tetap teguh pendirian, apa yang dikatakan alumni dan senior lain tetap aku
dengarkan krn memang tidak semuanya salah. Memang apa yang aku lakukan ini
belum terbukti, tetapi aku akan buktikan itu dengan loyalitas dan tanggungjawab.
Aku memang tak punya pengalaman
hebat seputar paskibra. Aku bukanlah Purna Paskibraka yg biasa menjadi petugas
saat upacara 17-an di kota, provinsi sampai nasional. Aku juga bukan paskibra
yang pernah mendapat the best komandan atau mendapat juara bergilir di bidang
paskibra. Aku juga bukan seorang polisi atau tentara. Namun aku hanyalah
mahasiswa Fakultas Hukum biasa yang belajar banyak aturan TUM (Tata Upacara
Militer), PPM (Peraturan Penghormatan Militer), dan PBB (Peraturan
Baris-berbaris) di SK Pangab 611/1985 dan Perpang 46/2014. Hanya itu yang aku
punya dan sedikit pengalaman juara ku di masa SMP. Ada satu prinsif bagi anak
Hukum sepertiku yakni “Apa yang dipikirkan, dikatakan dan dilakukan harus punya
dasar hukum jelas dan ada bukti” nah itulah yang aku terapkan selama ini.
Oke sekarang kembali ke tema. Selama
mempersiapkan upacara 17-an di SMA, kami latihan selama 3 minggu dan aku membagi
3 fase latihan yakni minggu pertama diisi dengan pemilihan komposisi petugas,
menyiapkan berkas-berkas upacara, dan merencanakan pola latihan serta aturan
selama latihan. Minggu kedua diisi dengan penggambaran dan pengenalan secara
keseluruhan pelaksanaan upacara dari awal sampai selesai. Dan minggu ketiga
diisi dengan pembentukan mental, fisik, kerapian, kekompakan dan pemantapan.
Pada awalnya aku memilih petugas dan setelah beberapa
petugas terpilih banyak juga yang tak setuju karena beberapa orang yang agak
“kurang aktif” aku tempatkan di posisi penting. Sebenarnya aku punya maksud
yakni dengan memberi kepercayaan kepada orang itu sehingga harapannya ia bisa
berubah dan lebih aktif lagi. Namun stelah semua aku beri penjelasan secara
jelas dan akhirnya semua bisa mengerti. Jadi komposisi petugasnya seperti ini:
Beberapa menit sebelum upacara dimulai |
- Irfan sebagai Perwira
- Mutiara sebagai MC
- Kemal sebagai Pemegang Proklamasi
- Alfian Sebagai Pembaca Doa
- Tamara sebagai Dirigen
- Reza, Septin dan Arbi sebagai Danton 1, 2, dan 3
- Abi Sarwan sebagai Komandan Upacara
- Daulay sebagai Komandan Pasukan Pengibar
- Dina sebagai Pembawa Bendera
- Abdi sebagai Penggerek Bendera
- Adit sebagai Tengah di trio Pengibar
- Khofid sebagai Pembentang
- Dan sisanya seperti Retno, Heru, Saau, Hana, dan Jeanny sebagai Pasukan 8 pengibar bendera.
Memang ada beberapa orang yang tak cocok ditempatkan
di suatu posisi. Namun aku yakin dan
memberi kepercayaan penuh pada mereka bahwa mereka pasti bisa.
Kemudian tantangan yang di hadapi selama latihan
adalah pertama, ada beberapa orang yang izin karena harus les. Kedua, faktor
cuaca yang tak menentu. Ketiga, tempat latihan yang belum pasti. Pada tantangan
pertama yakni mereka yang izin les tetap aku izinkan karena itu memang
kewajiban mereka hanya saja pola latihan yang aku lakukan adalah latihan
efektif, sehingga mereka yang izin bisa mengetahui dan gampang mengejar
ketertinggalan mereka selama latihan, dan Alhamdulillah mereka selalu datang
latihan tepat waktu dan ramai. Nah, pada tantangan kedua soal cuaca, jujur saja
yang ini agak sulit namun ketika sedang hujan latihan PBB aku ganti dengan
memberi mereka masukan, motivasi dan sedikit yel-yel dengan harapan bisa
membangun kebersamaan dan mental mereka. Sedangkan pada tantangan ketiga adalah
soal tempat latihan, memang sekolah kami sedang di renovasi sehingga lapangan
sekolah digunakan untuk parkir dan akhirnya kami harus latihan pindah tempat
kadang di Rumah radank kadang juga di Asrama Haji, namun setelah H-seminggu
sekolah memberikan hak kepada paskibra untuk menggunakan lapangan sekolah, yang
mebuat lapangan sekolah harus steril dari parkiran setelah pulang sekolah.
Oke selanjutnya tentang membangun semangat dan mental.
Sebanarnya aku ini orangnya gak suka dan gak setuju membangun mental dengan
sistim menghukum dan marah-marah karena menurutku jika bisa memberi solusi
kenapa harus menghukum. jadi cara aku membangun mental mereka ya dengan memberi
motivasi, kepercayaan, dan penjelasan. Dan Alhamdulillah mereka mengerti apa
yang aku sampaikan, mereka mengerti semangat dan ambisi yang ingin aku berikan
pada mereka. Karena selama ini dengan sistim menghukum dan keras justru membuat
org menjadi tertekan, konsentrasi jadi lemah dan kreatifitasnya tidak keluar.
Namun hal paling penting untuk membangun semangat dan
mental mereka adalah dengan memberi tauladan dan contoh dengan tidak banyak
mengeluh dan menyalahkan mereka. Bagiku dengan sama-sama merasakan susah,
panas, hujan bersama mereka akan membuat mereka percaya denganku. Contohnya
ketika mereka tak boleh telat latihan aku juga selalu datang lebih awal dari
mereka. Ya hal-hal kecil itu akan membuat mereka semakin respect tanpa harus
merasa takut atau tertekan. Dan ketika mereka sudah bisa percaya dengan ku maka
akan dengan mudah untuk memberi motivasi dan mengajarkan mereka. Ya intinya
jika ingin membangun mental jangan hanya menghukum namun tak bisa memberi solusi.
Karena orang salah itu bisa karena ketidak tahuan atau karena kelalaian mereka,
bukan suatu kesengajaan. Kalau seseorang melakukan kesalahan dengan sengaja
berarti ia melakukan pelanggaran.
Berhari-hari berminggu-minggu berlalu sampailah pada
hari-H upacara 17-an. Pada hari itu aku datang terlambat karena harus
membersihkan rumah dan membantu orang tua. Alhamdulillah pada hari itu mereka
berhasil menjalankan tugas dengan baik, meskipun masih ada kesalahan yang harus
segera diperbaiki. Tapi aku justru melihat keberhasilan mereka dari kebersamaan
mereka yang terasa semakin kuat.
Nah dan setelah upacara hal spesial dan berkesan itu
muncul. Ketika aku sedang di evaluasi oleh alumni yang lebih tua tiba-tiba.
Adek-adek paskibra angkatan 22 dan 21 memberiku kejutan. Mereka datang dengan
membawa kue ulangtahun diatasmnya ada lilin berbentuk 19 dan bertuliskan
“Selamat ulang tahun kak iib”. Mereka datang sambil menyanyikan lagu selamat
ulang tahun, memang kebetulan aku juga berulang tahun pada tanggal 17 Agustus.
Jujur saja ini yang pertama kalinya aku mendapat seperti ini. Terima kasih ya
adik-adik paskibra maaf kakak tak bisa membalas banyak.
Usai dari kejutan itu aku mengajak mereka dan alumni
lain datang kerumah. Sebenarnya aku memang sudah berencana mengajak mereka
makan-makan dirumah. Meskipun hanya dengan makanan biasa dan sederhana. Namun
tujuannya adalah menjaga kebersamaan mereka. Sebagai pelatih itu sudah tugas ku
untuk menjaga kebersamaan mereka. Belum usai ternyata masih ada kejutan dari
angkatan 21, mereka meberikanku kado hehe dan isinya dirahasiakan maaf ya.
Terima kasih mungkin cuman itu yang bisa aku sampaikan
pada mereka. Kalau aku boleh katakan, Memang aku belum pernah jatuh cinta dengan
seseorang. Namu rasanya aku jatuh cinta dengan paskibra ini. Apa yang mereka
lakukan semakin membuatku semangat untuk datang dan melatih mereka. Karena meskipun Paskibra ini belum pernah jadi
yang terbaik di lomba namun aku melihat mereka begitu besar peluang dan harapan
untuk jadi yang terbaik. Dan aku merasa punya hutang di SMA ini, yakni belum mempersembahkan
prestasi kepada sekolah dari bidang ekstrakulikuler. Dan ini adalah kesempatan
kedua bagiku namun bukan sebagai siswa
atau sebagai peserta lomba namun sebagai pelatih. Karena bagiku kesempatan yang
sama mungkin hanya akan datang sekali, namun akan ada kesempatan lain yang
lebih baik. Aku berharap bisa total dan melakukan perubahan pada mereka
tentunya tidak sendirian namun juga dibantu alumni lain, dan tetap rendah hati
mendengar masukan dan kritikan dari alumni lain, juga belajar dari kesalahan di
masa lalu. Tapi aku akan berusaha keras untuk paskibra smansa ini, supaya apa
yang pernah aku dapatkan di SMP bisa tertular kepada mereka. Bagiku, melihat
senyum bahagia mereka itu sudah cukup untuk membayar semua yang aku lakukan,
tak perlu dengan uang ataupun pujian, cukup hanya dengan melihat senyum bahagia
dari mereka. :D
Paskibra Smansa!!!, Ganesha! Hu! Ha! Huha!! Hu! Ha!
Huha!!
Kekuatan!!!, 22!
We are Paskibra Ganesha!!!
0 Comments
Silahkan berkomentar dengan bijak dan santun.