Paskibra Ganesha Angkatan 22 (Edisi 1: Hari Kemerdekaan RI ke-70)

Pasca pengibaran dan ngumpul di rumahku
            Halo guyss Assalamualaikum, lama sudah aku tak menulis di blog ini mungkin hampir sebulan lebih, harap maklum soalnya kebetulan aku sedang sibuk melatih Paskibra di SMA Negeri 1 Pontianak selama beberapa minggu. Latihan itu dalam rangka persiapan Upacara Kemerdekaan Republik Indonesia ke-70. Wowww eits upacaranya bukan di Istana Negara ya hehe. Namun, hanya upacara sederhana di SMA ku tercinta.

            Oke, so di entri ini ada banyak yang ingin ku ceritakan tentang 17-an tahun ini. 17-an tahun ini begitu spesial dan sangat berkesan bagiku, penasaran ya? Hmm oke lanjut bacanya sampai selesai biar terungkap apasih yang spesial dan berkesan itu. Sebenarnya banyak cerita tentang 17-an tahun ini. Mulai dari Pengalaman pertamaku sebagai pelatih Paskibra di SMA, lalu ada  pula persoalan yang harus dipecahkan untuk memilih komposisi petugas yang efektif, lalu tantangan yang dihadapai selama latihan setiap harinya, sampai membangun semangat dan mental para petugas. Oke deh, biar lebih “ngeh” kalau kata orang melayu, lanjut deh bacanya hehe.

            Ini adalah pengalaman pertamaku melatih paskibra di SMA, meskipun beberapa bulan yang lalu aku sudah mulai melatih mereka di salah satu event perlombaan yang Alhamdulillah kami mendapat Juara 2 mengalahkan belasan pesaing. Namun tetap saja aku masih harus banyak belajar. Jadi di upacara 17-an kali ini, ini adalah yang kedua aku efektif melatih paskibra kurang lebih selama 3 minggu lamanya. 

            Namun sebelum aku bercerita tentang latihan, aku akan membawa para pembaca ke masa laluku dulu. Saat aku masih di bangku SMP aku bersekolah di MTs Negeri 2 Pontianak, yakni salah satu sekolah yang punya segudang prestasi Ekskul bahkan sampai tingkat nasional. Ada 2 ekskul yang jadi ujung tombak sekolah yakni Pramuka Buya Hamka dan Paskibra SWANDA. Nah sedangkan aku pada saat itu tidak ikut paskibra melainkan bergabung dengan Pramuka Buya hamka. Singkat cerita selama aku melalui masa-masa latihan bersama Pramuka ini aku  mendapatkan banyak sekali pengalaman tentang arti perjuangan dan kemenangan. Prestasi pun sangat luar biasa. Pada masa ini aku pernah mengikuti lomba koloni tongkat tingkat kecamatan dan hasilnya adalah juara 3, ini adalah kali pertama aku lomba dan langsung mendapat juara. Lalu aku juga pernah mengikuti lomba perjusami di SUPM ada beberapa mata lomba yang aku juarai dan pada lomba ini aku dan kawan-kawan memborong 2 Piala bergilir sekaligus untuk kategori Putra dan Putri. Lalu aku juga mengikuti lomba Tour the Scout di UNTAN dan hasilnya lagi-lagi juara Umum. Kemudian aku juga mengikuti lomba perjusami di STAIN yang kala itu kami lagi-lagi berhasil memborong piala bergilir. Nah dan lomba terakhirku adalah lomba Smandel Scout camp di SMA 8 dan hasilnya adalah kami berhasil menjadi juara Umum.

Lomba STAIN tahun 2010

            Bisa dibilang masa SMP ini adalah masa yang gemilang, setiap aku mengikuti lomba selalu juara. Ini semua berkat sekolah yang mendukung dan pelatih-pelatih yang luar biasa. Pesan mereka dan cara mereka melatih masih aku ingat sampai saat ini. Mungkin orang melihat apa yang aku dapatkan itu sangat membanggakan, namun acap kali aku harus bersusah payah saat latihan, tangan ku kadang berdarah jika latihan tali-temali, kakiku kadang terkilir ketika latihan koloni tongkat, kadang aku juga kepanasan dan demam ketika mebangun tenda, kadang aku juga mendapat tekanan mental sampai menangis. Yaa begitulah pelatih kami sangat keras melatih kami, namun tak hanya keras, mereka juga cerdas dan melatih kami dengan hati. Sehingga kami sangat dekat dengan mereka. Satu hal yang selalu pelatih tanamkan pada kami yakni tujuan lomba bukanlah Juara, tetapi ada hal yang lebih baik dari juara. Apa itu? Nanti kita akan tahu jawabannya ketika mengerti arti kebersamaan dan perjuangan saat berlatih.

            Oke itu saat aku SMP. Pada Saat SMA aku mengikuti banyak ekskul mulai dari FDRM, Sispala, Pramuka, sampai Paskibra. Namun kebetulan di entri ini nuansa tulisannya tentang paskibra maka aku akan cerita tentang paskibra. Di paskibra SMANSA ini aku merasa sedih dan jengkel kalau melihat prestasinya yg bisa dibilang Nol. Wajar saja, setiap lomba tak ada yang membimbing meskipun alumni kadang ada datang tapi tak banyak memberi perubahan yang signifikan. Sekolahpun tak mendukung kami secara penuh. Sedangkan aku tak bisa berbuat banyak karena aku harus tunduk dengan perintah senior. Ya sudah dengan sabar aku lalui masa-masa menyedihkan itu sampai aku menjadi alumni. Tak banyak yang bisa kuceritakan tentang paskibra SMANSA ini, karena sulit untuk mencari apa yang harus dibanggakan.

            Dan akhirnya kini aku menjadi alumni. Aku dan angkatan 19 diamanahkan untuk melatih angkatan 22. Kalau bicara cara ku melatih, maka sudah jelas aku akan mencontoh apa yang pelatihku ajarkan saat dulu aku masih menjadi Pramuka Buya Hamka. Sebenarnya aku sedikit ambil resiko dengan banyak merubah cara latihan Paskibra SMANSA dari yang awalnya dengan sistim senioritas dan kini menjadi sistim kekeluargaan. Beberapa alumni memarahiku karena mereka bilang sistim kekeluargaan ini membuat junior paskibra menjadi tidak sopan dengan senior. Ya pasti akan selalu ada gesekan, tapi aku tetap teguh pendirian, apa yang dikatakan alumni dan senior lain tetap aku dengarkan krn memang tidak semuanya salah. Memang apa yang aku lakukan ini belum terbukti, tetapi aku akan buktikan itu dengan loyalitas dan tanggungjawab.

            Aku memang tak punya pengalaman hebat seputar paskibra. Aku bukanlah Purna Paskibraka yg biasa menjadi petugas saat upacara 17-an di kota, provinsi sampai nasional. Aku juga bukan paskibra yang pernah mendapat the best komandan atau mendapat juara bergilir di bidang paskibra. Aku juga bukan seorang polisi atau tentara. Namun aku hanyalah mahasiswa Fakultas Hukum biasa yang belajar banyak aturan TUM (Tata Upacara Militer), PPM (Peraturan Penghormatan Militer), dan PBB (Peraturan Baris-berbaris) di SK Pangab 611/1985 dan Perpang 46/2014. Hanya itu yang aku punya dan sedikit pengalaman juara ku di masa SMP. Ada satu prinsif bagi anak Hukum sepertiku yakni “Apa yang dipikirkan, dikatakan dan dilakukan harus punya dasar hukum jelas dan ada bukti” nah itulah yang aku terapkan selama ini. 

            Oke sekarang kembali ke tema. Selama mempersiapkan upacara 17-an di SMA, kami latihan selama 3 minggu dan aku membagi 3 fase latihan yakni minggu pertama diisi dengan pemilihan komposisi petugas, menyiapkan berkas-berkas upacara, dan merencanakan pola latihan serta aturan selama latihan. Minggu kedua diisi dengan penggambaran dan pengenalan secara keseluruhan pelaksanaan upacara dari awal sampai selesai. Dan minggu ketiga diisi dengan pembentukan mental, fisik, kerapian, kekompakan dan pemantapan. 
Gladi Kotor 17-an. H-1 hari

Pada awalnya aku memilih petugas dan setelah beberapa petugas terpilih banyak juga yang tak setuju karena beberapa orang yang agak “kurang aktif” aku tempatkan di posisi penting. Sebenarnya aku punya maksud yakni dengan memberi kepercayaan kepada orang itu sehingga harapannya ia bisa berubah dan lebih aktif lagi. Namun stelah semua aku beri penjelasan secara jelas dan akhirnya semua bisa mengerti. Jadi komposisi petugasnya seperti ini:

Beberapa menit sebelum upacara dimulai

  1.  Irfan sebagai Perwira
  2. Mutiara sebagai MC
  3.  Kemal sebagai Pemegang Proklamasi
  4.  Alfian Sebagai Pembaca Doa
  5.  Tamara sebagai Dirigen
  6.  Reza, Septin dan Arbi sebagai Danton 1, 2, dan 3 
  7. Abi Sarwan sebagai Komandan Upacara 
  8. Daulay sebagai Komandan Pasukan Pengibar 
  9. Dina sebagai Pembawa Bendera 
  10. Abdi sebagai Penggerek Bendera
  11. Adit sebagai Tengah di trio Pengibar
  12. Khofid sebagai Pembentang 
  13. Dan sisanya seperti Retno, Heru, Saau, Hana, dan Jeanny sebagai Pasukan 8 pengibar bendera.

Memang ada beberapa orang yang tak cocok ditempatkan di suatu posisi. Namun  aku yakin dan memberi kepercayaan penuh pada mereka bahwa mereka pasti bisa.

Kemudian tantangan yang di hadapi selama latihan adalah pertama, ada beberapa orang yang izin karena harus les. Kedua, faktor cuaca yang tak menentu. Ketiga, tempat latihan yang belum pasti. Pada tantangan pertama yakni mereka yang izin les tetap aku izinkan karena itu memang kewajiban mereka hanya saja pola latihan yang aku lakukan adalah latihan efektif, sehingga mereka yang izin bisa mengetahui dan gampang mengejar ketertinggalan mereka selama latihan, dan Alhamdulillah mereka selalu datang latihan tepat waktu dan ramai. Nah, pada tantangan kedua soal cuaca, jujur saja yang ini agak sulit namun ketika sedang hujan latihan PBB aku ganti dengan memberi mereka masukan, motivasi dan sedikit yel-yel dengan harapan bisa membangun kebersamaan dan mental mereka. Sedangkan pada tantangan ketiga adalah soal tempat latihan, memang sekolah kami sedang di renovasi sehingga lapangan sekolah digunakan untuk parkir dan akhirnya kami harus latihan pindah tempat kadang di Rumah radank kadang juga di Asrama Haji, namun setelah H-seminggu sekolah memberikan hak kepada paskibra untuk menggunakan lapangan sekolah, yang mebuat lapangan sekolah harus steril dari parkiran setelah pulang sekolah.

Oke selanjutnya tentang membangun semangat dan mental. Sebanarnya aku ini orangnya gak suka dan gak setuju membangun mental dengan sistim menghukum dan marah-marah karena menurutku jika bisa memberi solusi kenapa harus menghukum. jadi cara aku membangun mental mereka ya dengan memberi motivasi, kepercayaan, dan penjelasan. Dan Alhamdulillah mereka mengerti apa yang aku sampaikan, mereka mengerti semangat dan ambisi yang ingin aku berikan pada mereka. Karena selama ini dengan sistim menghukum dan keras justru membuat org menjadi tertekan, konsentrasi jadi lemah dan kreatifitasnya tidak keluar. 

Namun hal paling penting untuk membangun semangat dan mental mereka adalah dengan memberi tauladan dan contoh dengan tidak banyak mengeluh dan menyalahkan mereka. Bagiku dengan sama-sama merasakan susah, panas, hujan bersama mereka akan membuat mereka percaya denganku. Contohnya ketika mereka tak boleh telat latihan aku juga selalu datang lebih awal dari mereka. Ya hal-hal kecil itu akan membuat mereka semakin respect tanpa harus merasa takut atau tertekan. Dan ketika mereka sudah bisa percaya dengan ku maka akan dengan mudah untuk memberi motivasi dan mengajarkan mereka. Ya intinya jika ingin membangun mental jangan hanya menghukum namun tak bisa memberi solusi. Karena orang salah itu bisa karena ketidak tahuan atau karena kelalaian mereka, bukan suatu kesengajaan. Kalau seseorang melakukan kesalahan dengan sengaja berarti ia melakukan pelanggaran.

Berhari-hari berminggu-minggu berlalu sampailah pada hari-H upacara 17-an. Pada hari itu aku datang terlambat karena harus membersihkan rumah dan membantu orang tua. Alhamdulillah pada hari itu mereka berhasil menjalankan tugas dengan baik, meskipun masih ada kesalahan yang harus segera diperbaiki. Tapi aku justru melihat keberhasilan mereka dari kebersamaan mereka yang terasa semakin kuat. 

Nah dan setelah upacara hal spesial dan berkesan itu muncul. Ketika aku sedang di evaluasi oleh alumni yang lebih tua tiba-tiba. Adek-adek paskibra angkatan 22 dan 21 memberiku kejutan. Mereka datang dengan membawa kue ulangtahun diatasmnya ada lilin berbentuk 19 dan bertuliskan “Selamat ulang tahun kak iib”. Mereka datang sambil menyanyikan lagu selamat ulang tahun, memang kebetulan aku juga berulang tahun pada tanggal 17 Agustus. Jujur saja ini yang pertama kalinya aku mendapat seperti ini. Terima kasih ya adik-adik paskibra maaf kakak tak bisa membalas banyak.
Setelah evaluasi dan kejutan

Usai dari kejutan itu aku mengajak mereka dan alumni lain datang kerumah. Sebenarnya aku memang sudah berencana mengajak mereka makan-makan dirumah. Meskipun hanya dengan makanan biasa dan sederhana. Namun tujuannya adalah menjaga kebersamaan mereka. Sebagai pelatih itu sudah tugas ku untuk menjaga kebersamaan mereka. Belum usai ternyata masih ada kejutan dari angkatan 21, mereka meberikanku kado hehe dan isinya dirahasiakan maaf ya. 
Saat kumpul di rumahku

Terima kasih mungkin cuman itu yang bisa aku sampaikan pada mereka. Kalau aku boleh katakan, Memang aku belum pernah jatuh cinta dengan seseorang. Namu rasanya aku jatuh cinta dengan paskibra ini. Apa yang mereka lakukan semakin membuatku semangat untuk datang dan melatih mereka.  Karena meskipun Paskibra ini belum pernah jadi yang terbaik di lomba namun aku melihat mereka begitu besar peluang dan harapan untuk jadi yang terbaik. Dan aku merasa punya hutang di SMA ini, yakni belum mempersembahkan prestasi kepada sekolah dari bidang ekstrakulikuler. Dan ini adalah kesempatan kedua bagiku namun  bukan sebagai siswa atau sebagai peserta lomba namun sebagai pelatih. Karena bagiku kesempatan yang sama mungkin hanya akan datang sekali, namun akan ada kesempatan lain yang lebih baik. Aku berharap bisa total dan melakukan perubahan pada mereka tentunya tidak sendirian namun juga dibantu alumni lain, dan tetap rendah hati mendengar masukan dan kritikan dari alumni lain, juga belajar dari kesalahan di masa lalu. Tapi aku akan berusaha keras untuk paskibra smansa ini, supaya apa yang pernah aku dapatkan di SMP bisa tertular kepada mereka. Bagiku, melihat senyum bahagia mereka itu sudah cukup untuk membayar semua yang aku lakukan, tak perlu dengan uang ataupun pujian, cukup hanya dengan melihat senyum bahagia dari mereka. :D 

beberapa detik usai Pengibaran

Usai kumpul dirumahku, hendak foto bareng, begurau dulu :D

Paskibra Smansa!!!, Ganesha! Hu! Ha! Huha!! Hu! Ha! Huha!!
Kekuatan!!!, 22!
We are Paskibra Ganesha!!!


           

Post a Comment

0 Comments