Cerita ini
bermula ketika 6 tahun yang lalu. Saat itu sekolah sedang ramai banyak sekali
orang tua murid kelas 12 yang hadir. Dan itulah hari terakhir aku berjumpa dengannya, Sosok yang akan
selalu aku rindukan. Terlihat para abang dan kakak kelas sedang bercanda gurau
dengan guru dan teman-temannya. Sedangkan aku sengaja datang untuk bertemu
dengannya meskipun anak kelas 10 dan 11 sedang diliburkan hari itu.
Kulangkahkan kaki menuju taman sekolah. Sambil duduk termenung mengingat
dirinya, dan juga berharap-harap.
Taman Sekolah |
Tiba-tiba
seseorang datang memanggilku dari belakang.
“Hai Jasmine, Assalamu’alaikum..” sapanya kepadaku.
“Ehh.., Waalaikumsalam halo bang..” jawabku sambil
tersenyum malu.
“Kok kamu ada di sekolah, bukannya anak kelas 11
libur..” katanya.
“Ohh pingin datang aja bang. Juga lagi sedih sihh..”
jawabku sedikit terisak.
“lhoo.., Kenapa sedih Jes?” tanya bang raga sembari
memberikan sehelai tishu.
“Tidak, hanya berfikir nanti aku akan berpisah
dengan abang, entah apakah masih bisa bertemu dengan mu bang.. pasti aku akan
merindukanmu bang..” kataku.
“Jasmine, tenang saja jika kamu rindu denganku, maka
berdoa saja kepada Allah Swt.. Aku juga akan mendoakanmu..” kata Bang Raga
tersenyum.
“Iya bang, Jasmine mengerti kok..” jawabku.
Begitulah
kami kala itu. Hari itu adalah hari dimana anak kelas 12 sedang menghadiri
acara perpisahan. Dan bang Raga adalah kakak kelasku. Dia adalah seorang siswa
yang soleh. Dia juga mantan ketua Rohis di SMA ini. Dia juga seorang aktifis
sekolah, jadi wajar saja kalau dia sangat eksis di sekolah banyak wanita yang
menggodanya, namun sampai sekarang dia masih kuat imannya. Selain itu dia juga
aktif dalam organisasi Alam. Tetapi dia itu bagaiakan pangeran bagiku. Ia ramah, baik, soleh, tidak
nakal, dan yang paling penting ia berkomitmen untuk tidak berpacaran sesuai
dengan ajaran islam, untungnya ia tidak pernah sekalipun melakukan itu.
Meskipun
begitu, kami sebenarnya sama-sama saling mencintai, tanpa kami sadari. Tak
pernah sepatah kata cinta dia utarakan padaku, begitu pula sebaliknya. Tetapi
kami sama-sama mengetahui perasaan itu lewat sikap, dan gelagat kami, mungkin
ini yang namanya cinta sejati yang bisu namun bisa saling memahami.
Keluargaku
adalah keluarga yang agamis, namun bukan berarti aku tak boleh tahu rasanya mencintai. Abi sangat menjagaku dari kacauan pria-pria nakal.
Abi juga selalu mengajarkanku tentang syariat dan berbagai hal tentang aturan
dalam islam. Sehingga aku tahu betul berpacaran itu dosa.
Kemudian
aku terkejut kala itu, belum juga puas aku merenung, Bang Raga kembali
menyapaku.
“Dek..?” kata Bang Raga terlihat malu.
“Iya bang, ada apa?” tanyaku.
“Dek, sebenarnya abang mau sekalian pamit karena
Alhamdulillah abang sudah diterima di fakultas hukum UI. Jadi abang harus diam
dan menetap di Jakarta. Jujur saja abang tak betah tinggal bersama ayah tiri
abang di Pontianak ini, jadi abang tidak akan pulang, sampai memang ada hal
yang penting disini. Belum lagi Mas kandung abang juga sudah pergi ke Semarang,
ia sedang pendidikan Akpol. Jadi tidak apa ya dek..?” kata bang raga yang ceria
namun terlihat menyembunyikan kesedihan.
“Iya gak apa-apa kok bang, adik akan selalu
mendoakan..” kataku.
“Maaf ya abang pergi untuk menggapai cita-cita,
abang janji suatu saat akan melamarmu, namun bila kamu dijodohkan dan dilamar
oleh orang lain selain abang, itu adalah hakmu, abang tidak bisa memaksa..”
pesan Bang Raga sambil tersenyum.
Akupun
terdiam dan tertunduk sambil mengusap air mata yang terus keluar dari
kediamannya. Bang Raga pun kembali bicara, seakan-akan sulit untuk pergi.
“Dek, abang ingin kita berjanji, apapun yang sudah
terjadi, nanti 6 tahun lagi di tanggal, jam, bulan, dan tempat yang sama dengan
saat ini, kita akan berjumpa lagi.” Kata Bang Raga sambil mengeluarkan sebuah kado dan
sepucuk surat.
“Baik bang, pasti itu akan sangat sulit, adek takut
kalau akan lupa dengan janji itu, in sya Allah bang..” kataku lembut.
“Oh iya dek, 3 hari lagi kan kamu ulang tahun.
Karena besok pagi abang sudah berangkat ke Jakarta. Jadi abang curi start untuk
member Kado untukmu hehe..” kata bang raga sambil menyerahkan kado itu.
“Ohh ya ampun, terima kasih banyak bang..” kataku.
“Oke dek, buka kadonya di rumah saja ya, nanti
dilihatin sama temen abang kalo disini. Oh iya sekalian abang pamit,
Assalamu’alaikum..” katanya.
Kemudian
ia pergi menjauh, tampak ia berjalan melewati bunga dan air mancur di taman
sekolah. Terlihat langkahnya begitu berat seperti berjalan di atas lumpur.
Kemudian akupun terdiam duduk diatas kursi taman dan ditemani oleh angin
bersepoi-sepoi.
***
6 Tahun
kemudian…
Sore
ini begitu melelahkan, baru saja aku sampai dirumah dan langsung ke kamar untuk
beristirahat, kulepaskan Toga dan Kebaya yang kukenakan dan kuganti dengan
pakaian rumahan. Hari ini aku telah resmi menjadi seorang perawat, teman-temanku
bersuka ria di hari wisuda kami ini. Lalu aku duduk diatas kursi meja belajar.
Sejenak aku berfikir, besok adalah hari dan bulan yang sama dengan hari dan
bulan saat 6 tahun yang lalu ketika terakhir aku bertemu dengannya, Bang Raga.
Kemudian
aku memegangi kado yang diberikan oleh bang raga kala 6 tahun yang lalu.
Didalamnya terdapat Mushaf yang selalu ku baca setiap hari. Dan terdapat
kerudung berwarna merah yang belum pernah kupakai sama sekali sampai saat
ini,yang berencana kupakai nanti saat bertemu dengannya. Dan ada pula secarik
kertas didalam kotak kado itu yang bertuliskan sebuah untaian kata-kata puitis.
Ada Cinta di Hijabmu
Untaian kain
mentupi separuh tubuhmu
Sebagai cermin
akhlak di hatimu
Kau jaga
perhiasan yang lekat ditubuhmu
Agar tak mudah
lelaki menyentuhmu
Kau bagai mutiara
Kau bagai bidadari surga
Kaulah calon penghuni surga
Bersama lelaki soleh disampingmu
Ketika cinta
mendekatimu
Hanya lelaki
baik yang bisa menyentuh hatimu
Dia tersimpuh
malu memandangimu
Namun dia berani
untuk melamarmu
Ohh wanita hijab sungguh kau selalu
dijaga
Oleh cinta Maha Agung yang tak kau
ketahui rupanya
Dia mencintaimu meski tanpa kau
minta
Karena akan selalu ada Cinta di
hijabmu
~Sekian
Juga
terdapat secarik surat yang telah berkali-kali ku baca. Dan ada rajutan kata
didalamnya yang menyentuh Qalbu.
Untuk Dek Jasmine Fatimah
Assalamu’alaikum
dek..
Apa
kabar?.. selamat ulang tahun ya. Semoga kasih dan sayang selalu tercurahkan
padamu oleh Allah Swt. Dek, surat ini abang tulis supaya kamu selalu ingat
pertemanan kita selama ini. Surat ini adalah sebagai pengingat pada tanggal 17
April pukul 17.00 ditaman sekolah 6 tahun kemudian kita berjumpa lagi.
Meskipun
langkah kaki terasa berat, meski hati mulai gelap, inilah sebagai tanda
kesetiaan kita. Salam dari abang untuk kedua orang tua mu dari perantauan ini.
Dek jika ada lelaki yang kau senangi maka ambillah, jika kau dijodohkan maka
ambillah, karena ridha Allah adalah ridha orang tua. Jangan lupa jaga hatimu
baik-baik ya dan jangan lupa mushafnya dibaca. Wassalamu'alaikum
Pontianak, 16 April 2009
Salam Qolbu
Ttd
Raga Mahendra
Pontianak, 16 April 2009
Salam Qolbu
Ttd
Raga Mahendra
Waktu terus berputar, haripun
berganti lagi, lembar demi lembar kisah kehidupan telah tertulis, dan sampailah
pada waktu yang ku tunggu. Akupun bergegas menyiapkan diri lalu datang
kesekolah tua itu. Akupun berjalan masuk ke SMA ku. Kebetulan hari ini adalah
hari minggu, sekolah tampak sepi, hanya terlihat beberapa siswa sedang
berolahraga. Kujmpai disana cat bangunan yang sudah tampak berbeda. Namun
tamannya masih terlihat sama dan hari ini untuk pertama kalinya aku menggunakan
kerudung pemberian bang Raga kala itu.
Lalu, aku menunggu diatas kursi
taman, bersama kicau burung yang berterbangan, mentari yg hendak kembali kerumahnya,
dan sepoi angin yg lalu lalang.
“Mungkinkah dia akan datang?” Bisikku dalam hati tak
percaya..
Kemudian tiba-tiba seseorang
memanggilku dari belakang.
“Jasmine !!” sapanya, terlihat seorang laki-laki
menggunakan baju hijau-hijau dengan baret berwarna hitam, dan tampak di
pundaknya terdapat sepasang satu balok di kanan dan kiri pundaknya.
“Bang raga!! Apa itu bang raga??” tanyaku terkejut.
“iya masa lupa sih hehe” katanya.
“mhh bang munkin ita tak bisa berlama-lama disini”
kataku dengan berat hati.
“Kenapa dek? Apakah kamu sudah menikah?” tuturnya.
“Tidak bang, namun… sebulan yang lalu seseorang
telah berencana untuk melamarku” kataku dan mulai terisak.
“wahh Alhamdulillah.. tapi kenpa kamu menangis”
katanya.
“Tidak bang, air mata ini hanya karena aku terharu
berjumpa denganmu” kataku membual.
“ahh pasti kamu rindu dan masih sayang dengan ku ya?
Sudah kenapa tidak kamu tolak saja..” sahutnya..
“Apaan sih bang, kenapa sekarang kau banyak
berubah.. sudah tak seperti dulu. Bukannya
dulu abg bilang terserahku dan ridho Allah adalah ridho orang tua”
“iyaa, tapi apa kamu sudah lihat orangnya”
“Belummm, rencana 3 hari lagi lelaki yang melamarku
hendak datang kerumah”
“Ohh baguslah dek, Selamat ya, semoga dialah yang
terbaik, abg akan mengalah demi kebaikan dirimu. Dan jangan lupa undang abang
ya nanti” katanya.
“Insyaallah, sudahi saja pertemuan ini bang. Maafkan
aku, ini aku lakukan demi kedua orang tuaku dan demi ridho mereka, mungkin
inilah pilihan terbaik. Juga maafkan aku bila abang merasa patah hati” kataku
sedih.
Lalu
dengan air mata membasahi pipi, dengan sesekali tangan mengusap pipi yang basah
itu. Aku pergi meninggalkannya dengan
hati yang terasa sakit, karena sesungguhnya aku masih sangat mencintainya. Saat
aku berpaling kebelakang, disitu terlihat ia berdiri kaku tersenyum memandangi
belahan hatinya yang pergi berhianat meninggalkannya.
Pontianak,
20 April 2015 Tibalah hari dimana sang calon mempelai suamiku datang untuk
membahas tanggal ijab Qabul. Aku duduk berhadapan dengannya didampingi Abi dan
keluarga ku Serta keluarganya namun aku tetap saja tertunduk, rasanya enggan
untuk memandanginya. Hal itu kulakukan terus saat ayah tengah sibuk berunding
dengan keluarganya.
Kemudian
beberapa saat ayah dan keluarganya pergi meninggalkan kami berdua. Supaya kami
dapat saling berkenalan.
“Hai Jes !!” sapanya, suara itu begitu kukenal, lalu
ia menyeru lagi.
“Hai Jess, tak beranikah kau melihatku dan
memalingkan sedikit wajahmu padaku..” sapanya, kemudian aku semakin yakin kalau
itu suara… Ahh tidak mungkin, lalu aku mencoba mengangkat pandangan, dan yg
terjadi adalah.
“Apa?? Bang Raga? Yang benar saja?!!” kataku dengan
nada tinggi.
“Surprize……. Selamat Ulang tahun jess”
“Ihh gak lucu bang, tapi… kok bisa?”
“Tapi kamu senengkan ketemu pangeran? Hehe jadi
sbenanrnya 6 tahun lalu abang sempat bicara dengan Abimu soal lamaran ini, dan
kami merahasiakan semuanya”
“Ihh huhu mas nih bikin adek jantungan, kalau tahu
gini udah dari sebulan lalu aja Ijab Qabulnya hiihi”
“Loh kok manggil mas?? Wah dah siap jadi istri nih.
Kalau gitu anak kita nanti berapa ya?” katanya bergurau.
“Ihh Mass nih ya..” Kataku tersenyum malu sembari
merasakan kedamaian dalam hati.
Percakapan
hari itu terus berlanjut. Sebenarnya kami tak perlu berkenalan lagi karena
memang sudah kenal bahakan sudah kenal dari hati masing-masing. Candaan,
gurauan terus terlontar, aku merasa begitu nikmatnya perasaan cinta sejati ini
begitu dekat denganku.
Seketika aku berfikir, jiwaku pun tersentak sangat bersyukur dengan keadaan ini. akupun teringat beberapa kejadian di masa lalu. alangkah beruntungnya diriku, andaikan saja aku tidak menerima lelaki yg tak jelas siapa itu, mungkin ceritanya tak akan seindah ini. dan andaikan aku mengabaikan ridho kedua orang tua hanya karena ambisiku mencintai orang lain, mungkin akhirnya tak akan seharu ini. aku pun sangat berterima kasih kepada Allah karena telah memberi kan balasan atas keikhlasan ini di awal pernikahan ini. masih banyak orang lain yang sedang dalam ujian-Nya. dan aku juga sadar bahwa hidup ini akan terus penuh ujian. semoga dia calon suamiku bisa menuntun ku melewati itu semua.
Seketika aku berfikir, jiwaku pun tersentak sangat bersyukur dengan keadaan ini. akupun teringat beberapa kejadian di masa lalu. alangkah beruntungnya diriku, andaikan saja aku tidak menerima lelaki yg tak jelas siapa itu, mungkin ceritanya tak akan seindah ini. dan andaikan aku mengabaikan ridho kedua orang tua hanya karena ambisiku mencintai orang lain, mungkin akhirnya tak akan seharu ini. aku pun sangat berterima kasih kepada Allah karena telah memberi kan balasan atas keikhlasan ini di awal pernikahan ini. masih banyak orang lain yang sedang dalam ujian-Nya. dan aku juga sadar bahwa hidup ini akan terus penuh ujian. semoga dia calon suamiku bisa menuntun ku melewati itu semua.
Dua
minggu kemudian Ijab Qabul dilaksanakan. Terima kasih ku sampaikan kepada suamiku
karena telah memberikan kado cinta ini padaku. Sebuah perjalanan cinta yang
panjang. Penantian dengan air mataku
selalu ada selama 6 tahun ini. Sekarang aku hanya bisa bersyukur pada
Allah Swt. Yang telah memampukanku dan yang telah memberi takdir ini padaku
serta yang telah mengabulakn doa-doaku.
“Aku mencintaimu mas, ana uhubbu ilaikha ya habibi”
bisikku dalam hati diatas kursi meja rias pengantin.
Karya: I'ib Persada
7 Comments
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletekok komen di hapuss??
ReplyDeleteKren ceritanya, tp agak mirip sm pengalaman seseorang kak..
ReplyDeletehaha gak tau tuh kalo mirip pengalaman seseorang... ngayal jak za wkwkwk
DeleteSudah selesai aku baca. Mengharukan hahaha. Ngayalny mantap juga! Wkwk
ReplyDeletewkwk makaseh
Deletekereeen kak :D
ReplyDeleteSilahkan berkomentar dengan bijak dan santun.