Mengenal Hutan dari Kegiatan Forest Talk with Blogger Pontianak

Mengenal Hutan dari Kegiatan Forest Talk with Blogger Pontianak - Forest Talk with Blogger menghadirkan pemateri yang berkompeten di bidangnya masing-masing. Diantaranya ada Dr. Amanda Katili Niode dari The Climate Reality Project Indonesia, Dr. Atiek Widayati dari Tropenbos Indonesia, Titok Renaldi dari Asia Pulp and Paper (APP), Murni Titik Resdiana dari Kantor Urusan Khusus Presiden untuk Pengendalian Perubahan Iklim serta seorang moderator yakni Amril Taufik Gobel.

Baca juga : Forest Talk with Blogger, Kampanye Lestari Hutan ala Millennials

Forest Talk with Bloggers

Moderator dan pemateri saling berkolaborasi untuk menjamin kegiatan Forest Talk with Blogger kali ini dapat berjalan dengan baik dan lancar. Diharapkan misi Yayasan Doktor Sjahrir untuk kegiatan  ini dapat tersampaikan kepada para peserta yang hadir serta dapat diaplikasikan setelah kegiatan ini usai. Materi yang disampaikan berkutat pada isu Pelestarian Hutan. Menarik, karena Indonesia merupakan satu dari beberapa negara yang dapat dikatakan sebagai penyumbang oksigen terbesar atau sebagai paru-paru dunia.

Perubahan Iklim dan Solusinya

Dr. Amanda Katili Niode menyampaikan bahwa iklim dunia saat ini berubah sangat ekstrim, Amerika pernah minus 40° Celsius sedangkan Australia pernah bersuhu lebih dari 50° Celsius. Di Tahun 2018 ada sekitar 60 juta orang terdampak cuaca ekstrim, jumlah tersebut kurang lebih sama dengan 20 % jumlah Warga Negara Indonesia. Di Indonesia, sekitar 2481 bencana terjadi, 97% Hidrometeorologi, 10 juta orang menderita dan mengungsi di tahun 2018.

Dr. Amanda Katili Niode

Produksi Emisi Gas Rumah Kaca karena Kegiatan Manusia

Solusi Perubahan Iklim

Hal tersebut terjadi karena kegiatan manusia yang berlebihan dan menghasilakan emisi gas rumah kaca. Mengakibatkan perubahan iklim dan pemanasan global. Penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di Indonesia tidak disebabkan dari energi melainkan 61,6 % dari buruknya tata kelola hutan/lahan. Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan mitigasi dan adaptasi.

Pengelolaan Hutan dan Lanskap yang Berkelanjutan

Dr. Atiek Widayati menyampaikan bahwa hutan merupakan bagian dari lanskap karena konsep lanskap adalah gabungan dari hutan, kegiatan korporasi, penduduk setempat, dan berbagai macam satwa. Lanskap bisa dikatakan sebagai suatu ekosistem.

Dr. Atiek Widayati


Penjelasan Tentang Deforestasi dan Degradasi



Isu negatif seputar hutan yang marak terdengar adalah mengenai deforestasi dan degradasi hutan. Akibatnya akan terjadi kebakaran hutan, penurunan penyerapan karbon, kebakaran, kabut asap, longsor, banjir, dan sedimentasi pesisir yang mempengaruhi kehidupan laut.

2,6 Juta Hektar Lahan Terbakar di Sumatra, Kalimantan dan Papua

Namun masih ada upaya positif yang dapat dilakukan akibat dari deforestasi dan degradasi hutan yakni dengan melakukan konversi dan perubahan tutup lahan secara bijak dengan mengembalikan fungsi hutan, pembangunan hutan tanaman, reboisasi, membuat lahan pertanian atau perkebunan.

Konversi hutan dan perubahan tutup lahan yang dilakukan dengan bijaksana juga dapat mengurangi resiko kerusakan hutan dan akibat-akibat lain yang akan terjadi. Bentuk konversi hutan dan perubahan dibagi menjadi beberapa skala.

Konversi dan Perubahan Tutupan Lahan Skala Besar


Skala besar : Pembalakan / penebangan hutan - alih fungsi / status - pembangunan hutan tanaman (Akasia dan Kelapa Sawit).

Skala kecil, Masyarakat : Penebangan oleh masyarakat - Ladang berpindah, pertanian lahan kering - kebun / agroforest.

Skala besar dan skala masyarakat : Pembalakan / penebangan hutan - open access - ladang/pertanian lahan kering - kebun masyarakat (karet)

Selain itu dapat juga membuat produk ekonomi dari hutan yang bernilai jual dan melakukan kolaborasi antara pemerintah, organisasi masyarakat, atau sektor swasta seperti membuat koridor ekologi. Contohnya pembangunan koridor ekologi untuk Orang Utan di Gunung Tarak Kab. Ketapang Kalimantan Barat.

Peta Koridor Ekologi di Gunung Tarak

Ekonomi Kreatif dari Hasil Hutan

Akhir-akhir ini berita mengenai ekonomi kratif semakin meluas. Masyarakat semakin antusias mengembangkan bisnis yang bersifat ekonomi kreatif. Bukan tanpa alasan, itu disebabkan karena semakin canggihnya teknologi, globalisasi yang pesat, dan persaingan bisnis yang ketat. Sehingga  perekonomian di abad ke 21 ini menuntut setiap orang untuk lebih kreatif. Di Indonesia, ekonomi kreatif sangat lekat dengan identitas generasi millennial.



Ekonomi Kreatif bisa dimulai dengan menanam Pohon

Dr. Amanda Katili Niode yang menggantikan Ibu Murni Titik Resdiana yang tidak hadir pada pertemuan kali ini menuturkan bahwa menanam pohon dapat meningkatkan ekonomi kreatif.

Berbagai macam produk-produk hutan dapat diolah menjadi suatu yang bernilai ekonomi tinggi. Di satu sisi dapat melestarikan hutan dan di sisi lain dapat meningkatkan perekonomian. Lingkungan hutan menjadi asri, masyarakat jadi lebih madani.

Pewarna Alami

Berikut ini adalah pemanfaatan yang bisa diperoleh dari hutan:
  1. Kerajinan Tangan
  2. Makanan dan Minuman
  3. Bumbu dan Bahan dasar pembuatan makanan dan minuman
  4. Sumber energi terbarukan
  5. Pariwisata
  6. Fashion

Desa Makmur Peduli Api

Disingkat DMPA, Desa Makmur Peduli Api merupakan salah satu program dari Social Impact and Community Development, Asia Pulp Paper (APP) Regional Kalbar. Titok Cahya Renaldi menyampaikan, Dasar pemikiran terbentuknya DMPA ini ada 5 yakni ada sekitar 799 desa/dusun di dalam dan di sekitar hutan, banyak kasus perambahan dan pembakaran hutan, produktifitas usaha tani masyarakat yang rendah, monokultur ketersediaan sumber pangan, dan terdapat masyarakat miskin di sekitar konsesi.

Titok Cahya Renaldi

Dari dasar pemikiran tersebut, DMPA memiliki konsep 6 pilar DMPA yang kemudian menjadi acuan dari kegiatan yang akan dilaksanakan, konsep 6 pilar DMPA diantaranya:
  1. Sumber daya penting pendukung kehidupan
  2. Pendapatan dan pangan
  3. Kemitraan pasar/jaminan pasar
  4. Pencegahan kebakaran dan produktifitas lahan
  5. Peran serta warga perlindungan Sumber Daya Hutan (SDH)
  6. Mencegah konflik atau hubungan harmonis

Madu 

Kopi

Bukan tanpa hasil, program DMPA justru memberikan banyak cerita inspiratif dan menarik. Berikut ini adalah beberapa hasil positif dari program DMPA:
  1. Budidaya Madu Kelulut di Desa Sumber Agung, Kec. Batu Ampar, Kab. Kubu Raya.
  2. Budidaya Kopi di Desa Sumber Agung, Kec. Batu Ampar, Kab. Kubu Raya.
  3. Kegiatan Demplot Persiapan Lahan Tanpa Bakar di Desa Mengkiang
  4. Pembinaan dan Penyuluhan secara Berkelanjutan
  5. Budidaya Karet Unggul Tumpang Sari Nanas dan Singkong di Dusun Jelau

Pemateri dan Moderator

Keempat materi yang disampaikan memang berbeda-beda namun ada benang merah yang dapat ditarik yakni sama-sama berbicara mengenai peran hutan bagi bumi, manusia, dan makhluk hidup lainnya.

Keberadaan manusia sebagai khilafah atau pemimpin di bumi sangatlah vital untuk menjaga keseimbangan alam. Namun yang terjadi malah sebaliknya, terjadi ketidakseimbangan di bumi. Hutan-hutan terus berkurang, pemanasan global semakin masif, perubahan cuaca ekstrim, dan berbagai fungsi hutan yang telah hilang.



Pemaparan materi mengenai perubahan iklim, pengelolaan hutan dan lanskap berkelanjutan, ekonomi kreatif dari hasil hutan, dan desa makmur peduli api itu diharapkan dapat menambah keluasan berfikir para peserta akan pentingnya kampanye lestari hutan. Semoga materi yang disampaikan dapat menggugah kesadaran akan pentingnya mengembalikan fungsi hutan yang telah hilang demi keberlangsungan bumi dan kehidupan di masa depan.

Post a Comment

0 Comments