Waktu menunjukkan pukul 17.00 inilah
waktuku biasa pulang dari kantor. Kemudianku berkemas-kemas dan membenahi
dokumen-dokumen pentingku. Yaa, tidak berlebihan jika kumengatakan akan menjaga
dokumen-dokumen itu dengan nyawaku, karena isinya bukan dokumen biasa. Usai
berkemas-kemas sejenak Aku duduk di kursi kepemimpinanku sembari memejamkan
mata sejenak dan mengurut dahi yang mengerut. Saat kubuka mata Aku melihat dari
jendela jalan-jalan tampak jauh dari sini, mobil-mobil sangat ramai dan
terlihat seperti semut yang lalu lalang. Lalu ketenanganku hilang saat seorang
staff karyawanku datang menghampiri.
“Tokkk
tok tokk, permisi Pak Direktur?” masuk staff tersebut tergesa-gesa.
“
Iya, silahkan masuk, ada apa? Kenapa terburu-buru?” tanyaku bingung.
“Begini
Pak, maaf, salah satu client kita dari Pemerintah hari inni mengajak kita
Meeting malam ini.” Jawab staff itu sambil mengatur nafas.
“Jam
berapa? Dimana? Kenapa mereka tak menghubungi saya” tanyaku dengan sigap.
“Jam
8 malam Pak. Saya kurang tahu juga Pak. Namun ini penting, mereka bilang akan
membahas mengenai proyek pembangunan di Jakarta Utara.” Jawab staff itu
lengkap.
“Iya,
terima kasih kalau begitu. Setalah ini kamu beritahu manajer bagian pemasaran
ya!” suruhku kepada staff itu.
“Baik
Pak” jawab staff itu.
Seperti itulah pekerjaanku, meskipun
waktu kerja sudah habis namun ada saja kerja tambahan. Saat ini adalah awal tahun dimana pemerintah
sedang buka buku. Sehingga tender-tender besar pemerintah masuk ke perusahaan
kami. Dan menjadi proyek baru serta bisa menjadi sumber bagi seorang pimpinan
Kontraktor sepertiku.
Langit semakin gelap, Aku pun
berdiri dari kursi dan mengambil tas yang berisi dokumen penting dan uang. Kemudian
berjalan menuju pintu untuk keluar dari ruangan. Seketika itu tak sengaja Aku
menyenggol bingkai foto yang bergampar diriku bersama istri. Lantas kusuruh
Office Boy untuk membersihkannya.
Jenuh hati di dalam lift yang sedang
turun dari lantai 38 kantor ini. Kemudian suasana hatiku terasa nyeri sejenak
Aku berfikir.
“Perasaanku
jadi tidak enak, apakah bingkai foto yang jatuh itu sebuah pertanda buruk. Ahh,
tidak mungkin, dengan uang semua bisa di atasi hahaha...” tanyaku dalam hati.
Tinggg,
terdengar suara pintu lift terbuka. Keluarlah Aku dari kantor menuju mobil
Mecedes terbaru milikku. Dengan penuh kebanggaan Aku mengemudikan mobil menuju
Apartemenku.
Sesampai di rumah istriku sudah
menunggu.
“Haloo
mah, selamat malam..” tanyaku mesra.
“Malam
pah, aduh papa terlihat lelah sekali.” Jawab istriku.
“Iya
mah,sekarang lagi banyak proyek.” Kataku sambil tersenyum.
“Wahhh,
itu artinya akan banyak pemasukan nih..” tanya istriku.
“Iya
mahh, ini awal tahun, dimana musim tender-tender besar masuk.” Jawabku sambil
membuka jas.
“Oh
iya pah, tadi mama habis shoping cari baju baru dan perhiasan. Jadi uang
rekening mama habis deh. Nanti papa transfer uang lagi ke rekening mama ya?”
tanya istriku memohon.
“Ohh
iya oke, gampanglah itu, tenang nanti papa transfer.” Jawabku santai.
“Makasih
ya pah..” kata istriku sambil menontin TV.
“Okee
mah, papa mandi dulu ya. Setelah itu mau pergi lagi.” Kataku menuju kamar.
“Lohhh,
mau kemana lagi?” tanya istriku mengeraskan volume suaranya.
“Biasa
Meeting dengan client lagi..” jawabku dari kamar.
Kemudian saat waktu menunjuk pukul
19.30, kupacu mercedesku menuju restoran paling mahal di Jakarta. Disana Aku
bertemu dengan 2 orang anak buahku, dan langsung masuk menuju meja nomor 3 yang
sudah di pesan, kemudian kududuk sambil hening menunggu client.
Tak terasa sudah setengah jam
menunggu clientku yang belum juga datang. Kemudian terlihat 3 orang laki-laki
berjaket kulit berwarna hitam bercelana jeans dan berambut agak panjang
menghampiri.
“Maaf,
ini betul Pak Tommy Direktur Kontraktor Jaya Bersinar?” tanya salah seorang
dari mereka.
“Iya
betul, ada apa ini?” jawabku sambil bertanya bingung.
“Baik,
bapak harus ikut kami sekarang!” kata salah seorang dari mereka sambil
mengeluarkan borgol dari saku celananya.
“Ada
apa ini?” tanyaku sambil berontak.
“Sudah
jangan banyak tanya, bertanyanya nanti saja di kantor kami.” Jawab salah
seorang dari mereka sambil menyeretku.
Saatku keluar dari restoran terlihat
2 mobil polisi berjaga dan terlihat banyak orang menggunakan seragam polisi.
“Ahhh
sialan, lagi-lagi tertangkap, ternyata ini semua jebakan.” Kataku mengeluh di
dalam hati.
Kemudian Aku dibawa ke kantor
polisi, hiruk pikuk suasana mencekam sel penjara pun menantiku disana. Ini yang
kesekian kalinya. Aku pun pura-pura bingung dan pura-pura takut, teater drama
pun terjadi sejak di kantor polisi itu.
“Maaf
pak, apa salah saya?” tanyaku pada seorang polisi yang mengintrogasiku namanya
Jono.
“Baik
Pak Tommy, mari kita mulai..” katanya sambil membuka laptop.
“Mulai
apanya!! Saya tidak berbuat salah apapun!!” kataku sambil marah-marah.
“Sudah-sudah,
jangan emosi. Biar saja jelaskan dulu.” Kata jono sambil menenangkanku.
“Ahh,
dasar..” keluhku sambil memejamkan mata.
“jadi
begini, Anda terjerat beberapa pelanggaran berdasarkan KUH Pidana. Untuk saat
ini anda berstatus tersangka kasus korupsi beberapa proyek pemerintah dan anda
juga tersangka kasus penyelundupan Narkoba” kata Jono dengan sigap.
“Tapi
siapa yang melaporkan ini semua?” tanyaku heran.
“Tidak
ada, ini suda tugas kami untuk membongkar niat buruk anda dan orang-orang yang
sama seperti anda. Tapi jika anda ingin tahu, seorang client anda pada proyek
pemerintah dan seorang yang membeli barang haram selundupan anda itu adalah
anggota kami.” Jawab jono dengan yakin.
Aku terdiam sembari berbisik dalam
diri.
“Mungkin
Aku bisa dijebak, tapi lihat saja nanti Aku akan menjebak keadilan” jawabku
dalam hati dan terdiam dalam lisan.
“Baiklah
Anda terdiam, saya anggap anda menerimanya, mulai saat ini anda boleh bersiap
melakkan pembelaan diri, sidang akan dilaksanakan sekitar 3 minggu lagi.
Petugas..! tolong antar dia ke kamar tahananya.” Kata Jono dengan sombong.
Akhirnya Aku ditahan lagi untuk yang
kesekian kalinya. Kali ini dalam waktu 3 minggu ini para jaksa penuntut dan
polisi sibuk sibuk mencari saksi kunci dan bukti-bukti. Mereka melakukan
penyelidikan di kantorku, apartemen dan tempat lainnya. Semua untuk
mengalahkanku di persidangan.
Sedangkan Aku sibuk mencari
pengacara yang siap berkata bohong demiku. Inilah dunia hukum, dunia yang
sangat keras, yang bisa membuat orang baik menjadi jahat, meskipun tak semuanya
seperti itu.
Tiga minggu berlalu sampailah aku
pada proses persidangan. Persidangan terlihat seru dan berjalan sangat alot.
Saling serang pendapat pun terjadi. Kedua pihak saling memberi bukti kongkrit.
Entah apakah itu bukti yang dibuat-buat atau tidak, yang tahu hanya tuhan.
Waktu terus berlalu, sampailah Aku
pada detik-detik palu sidang diketukkan.
hasilnya adalah Aku kalah dalam sidang itu dan Hakim berkata bahwa Aku
dipenjara selama satu tahun dua bulan dengan denda 673 miliar rupiah.
Aku pun pura-pura bersedih, karena
kalah dalam persidangan itu. Namun itu semua hanya drama, dibalik layar yang
terjadi adalah para hakim kusogok untuk meringankan hukuman, para polisi
kusogok supaya kumendapat fasilitas lengkap di sel, dan supaya Aku tetap bisa
menjalankan bisnis haramku. Lagi pula hukuman itu jauh lebih ringan dari aturan
yang ada.
Aku tertawa dalam hati, inilah yang
terjadi saat ini di negeri ini. Putri Justitia sebagai simbol Hukum di dunia
pun terlihat kotor penuh luka yang jalan terseo-seok compang-camping di arena
konstitusi negeri ini. Kecurangan dimana-mana, drama dimana-mana, keadilan bisa
dibeli, hukuman bisa dibeli, yang salah bisa menjadi benar. Wajar saja semua
itu bisa terjadi ketika orang-orang sudah menganggap mata uang lebih berharga
dari mata hati.
~Sekian~ Karya: I'ib Persada
0 Comments
Silahkan berkomentar dengan bijak dan santun.